KUCING HITAM
3 tahun yang lalu, aku menemukan kucing hitam di selokan taman yang pernah menjadi sahabat terbaikku. Saat itu aku tidak sadar bahwa kucing hitam ini sangat spesial dan berbeda dari kucing lainnya.
Matahari mulai tersenyum dipagi hari, dan aku bersepeda sendiri mengelilingi taman. Di taman itu suasananya sangat asri. Banyak burung yang sedang bernyanyi, hawa angin berbisik menyampaikan salam.
Setelah menikmati bersepeda mengelilingi taman, aku mulai merasa sedikit lelah, kuputuskan untuk duduk di depan rumah tetanggaku. Tiba tiba ada suara kucing bagaikan bayi yang sedang merengek. Kucoba untuk mencari di tong sampah dekat tempat dudukku tadi, ternyata tidak ada.Lalu aku lanjutkan ke dekat trotoar, tetap tidak ada. Kucari sampai ketemu, dan ternyata dia berada di selokan.
Keadaan kucing kecil itu lemah, dia sangat kelaparan, bahkan mata kirinya buta. Cepat cepat kubawa dia ke rumah untuk dirawat dan diberikan makan. Setelah sampai di rumah, aku membuka kulkas untuk mengambil ikan segar. Lalu kudekatkan ikan itu kepada kucing. Kucing nya sedikit ketakutan, namun lama lama dia berani untuk memakan ikan tersebut. Karena ia masih lemas, kubawa lah dia ke klinik dokter hewan terdekat.
Aku mengambil sepedaku lagi, dan langsung berangkat ke klinik dokter hewan. Saat di sana aku menemui dokter yang sangat baik. Tanpa berlama lama, kuserahkan kucingku kepada dokter. 20 menit kemudian dokter menghampiriku dan ia berkata, ”Mas, ini kucingnya mengalami luka yang sedikit parah, dan sepertinya matanya tidak bisa diobati, sebaiknya kucing ini dirawat di sini dulu, kurang lebih seminggu agar badannya membaik dan tidak lemas.” Lalu aku menjawab, ”Oh iya dok, tidak apa apa, asal kucing saya sehat. “
Satu minggu berlalu, aku kembali untuk menemui dokter tersebut, serta mengambil kucingku. Aku merasa sedikit cemas dan penasaran akan keaadaannya. Setelah sampai di klinik, dokter mengatakan bahwa kucingku sudah sehat kembali, walaupun matanya tetap buta sebalah. Aku bawa dia kembali ke rumah.
Di rumah ia terlihat ceria, tapi terkadang ia juga bosan karena tidak memiliki mainan. Aku berniat untuk membelikan banyak mainan kucing, namun aku tidak mempunyai uang, karena sudah kuhabiskan untuk biaya pengobatan dia. Kuputuskan untuk bekerja separuh waktu di warung makan untuk membelikan kucing itu mainan dan kebutuhan lainnya. Aku bekerja sebagai kasir di rumah makan tersebut.
2 bulan telah bekerja di rumah makan. Aku telah melalui semuanya, dari pelanggan yang tidak sopan menggebrak meja karena harga makanan terlalu mahal, ada juga yang kabur tanpa membayar. Bahkan sampai ada orang tua yang kurang mampu dan anaknya merengek ingin makan. Hal hal unik itu dapat aku jadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan sehari hari. Uang dari bekerja sebagai kasir cukup untuk memeuhi kebutuhan kucingku. Aku berpikir untuk berhenti menjadi kasir, namun, agak sayang juga, karena sudah nyaman dengan pekerjaannya. Akhirnya aku tetap menjadi kasir di rumah makan itu.
Pada hari senin saat sore hari ada hal yang sangat aneh terjadi di rumahku. Jam 4 sore aku selesai bekerja, dan siap siap untuk kembali ke rumah, aku mengambil sepedaku dan pulang.
Aku telah datang di rumah, tiba tiba ada anak kecil yang sedang berbaring di kasur. Tentu aku kaget. Aku mencoba untuk mendekatinya dan bertanya, “Dek, kamu darimana? Kenapa kamu di rumahku?”Anak kecil itu menjawab dengan mata lelah, ”Aku adalah kucing hitam mu” Aku tidak percaya dengan perkataannya, itu sangat tidak logis. “Tidak usah mengada ada dek. Ayo! Kakak antar ke rumah mu. Nanti kalau kamu di sini sampai malam dimarahin ibumu loh!” Anak kecil itu menjawab lagi, ”Kakak tidak percaya aku ya?Sebentar, aku akan buktikan.” Ia turun dari kasur dan mulai melakukan gerkan aneh sambil membaca suatu mantra. Tak disangka ternyata dia benar benar menjadi kucing hitam. Kucing hitam itu berkata, ”Hehe, benar bisa kan?” Aku benar benar bingung. “Jadi kamu ini sebenarnya kucing atau mansia sih?” Kucing menjawab, ”Aku sebenarnya manusia kak. Pada saat aku masih bayi aku dibuang oleh orang tuaku ke selokan. Aku dibuang karena aku bisa berubah ubah bentuk menjadi kucing, dan hal itu dianggap seram oleh orang tuaku.” “Tidak usah dipikirkan soal bagaimana kisahku menjadi kucing kak. Aku jadi sedikit sedih juga mengingatnya.”
Hari hari berlalu, dan anak kecil siluman itu menjadi teman baikku, dia selalu peduli terhadapku. Disaat aku sakit, dia juga mengobatiku dengan mantra mantra anehnya. Terkadang juga pekerjaan rumah ia laksanakan, seperti menyapu, mengepel, cuci baju dan lain lain. Sebagai rasa terimakasihku terhadap dia, aku ingin menyekolahkan dia. “Dek kamu mau sekolah gak?” Dia menjawab, ”Em. Mau kak! Tapi kakak beneran mau nyekolahin aku?” Aku menjawab, “Iya. Kakak bakal sekolahin kamu.” Dia berseru, “Asik Aku bakal ketemu banyak temen, bisa belajar bareng juga. Terimakasih banyak kak!”
Hari pertama sekolah pun dimulai. Aku dan anak kecil itu bersiap siap untuk menuju ke sekolah. Perjalanan dari rumah memakan waktu yang cukup lama, apalagi menggunakan sepeda untuk ke sana. Sampailah di gerbang sekolah, dia cium tangan dengan guru yang ada di situ. Setelah salim dengan guru, ia langsung masuk ke kelas untuk berkenalan dengan teman. Ia diterima baik oleh teman sekelasnya, semakin lama semakin akrab. Aku mau berangkat kerja. Aku serahkan dia ke guru dan akan aku jemput nanti jam 11 siang.
Jam sudah menunjukkan angka 11, dan aku sudah di sekolah lagi. Tak lama kemudian dia menghampiriku dengan wajah tersenyum. ”Kita pulang yuk kak!” Dia naik ke jok belakang sepedaku dan aku mulai mengayuh. “Kamu tadi diajarin apa aja sama guru, dek?” Dia menjawab, “Banyak kak” Lalu aku bertanya lagi, ”Gimana tadi? Dapet temen gak?” Dia menjawab lagi, ”Dapet kak, banyak malahan” Aku gembira mendengar kabar itu.
Tiba tiba ada orang memakai jaket hitam menghampiriku sambil menodong kapak kepadaku. “Sepedamu bagus juga. Sini aku akan mengambilnya!” Aku menentang, “Kamu siapa?” Orang itu semakin marah. “Nantang kamu ya?” Dia langsung menarik sepedaku, tapi aku berusaha untuk merebutnya kembali. Kapak itu mengarah kepadaku, tapi anak kecil siluman menghalangi kapak agar tidak mengenaiku. Tangannya bercucuran darah deras, aku tak tega melihatnya. Aku berusaha membantunya namun dia menolak. Aku sarankan untuk menggunakan mantranya. “Dek! Gunakan mantramu untuk melawan” Dia menjawab “Gak bisa kak! Entah kenapa mantraku gak bisa dipakai” Aku berusaha untuk melawan penjahatnya juga, tak disadari kapak sudah menebas leher anak kecil itu. Penjahat pun langsung lari.
Anak kecil tersebut tergeletak di jalan. Segera aku mengantarkannya ke rumah sakit. Kuambil sepedaku dan Aku menggendongnya di bahuku. Ia tampak sangat lemas, darah dari lehernya masih bercucuran. Tepat pada taman selokan saat aku melintasinya, tiba tiba dia menghilang dari pundakku. Aku terheran. Aku kira dia terjatuh entah di mana. Aku cari di berbagai tempat tidak ketemu, dari sekolah pun tidak ada. Akhirnya aku pasrah dan hanya berharap. Aku duduk persis di tempat aku menemukan anak kecil itu, di selokan keluar kucing dengan warna hitam yang sama. Aku mencoba mengajak bicara ke kucing itu.
“Dek? Ini kamu kah?” Kucing itu hanya mengeong, dan aku sadar itu bukan anak kecil yang aku cari. Aku merasa kecewa dan sedih. Kucing hitam biasa itu tetap kubawa dan dirawat hingga besar seperti hari ini.
Sampai sekarang anak kecil siluman masih belum ditemukan . Tidak ada tanda tanda sama sekali.Jujur, aku sangat rindu kepadanya.
Comments
Post a Comment